Revolusi Sumatera Timur adalah politik ode baru atas nama kebangkitan rakyat untuk etnik cleansing pembunuhan Sultan-Sultan Melayu, Kaum Kerabat, Golongan Pertengahan Melayu dan penghapusan budaya Melayu pada Mac 1946.
WZWH mahu pembaca blog WZWH belajar kenapa tragedi ini berlaku untuk diambil iktibar supaya tidak berlaku di Malaysia.
Berikut WZWH terus CnP dari catatan-catatan sejarah. (Pembaca blog WZWH kena cuba belajar Bahasa Indonesia)....
Revolusi Sosial berlaku di Sumatera Timur (Sumatera Utara sekarang ni, siapa pernah pergi ke Medan, kota Medan tu dahulu pun wilayah Sumatera Timur) pada tahun 1946. Semua Sultan Melayu, Bangsawan Melayu, Raja Batak Simalungun, Batak Karo dan Batak Mandailing di Bantai, termasuk Kesultanan Melayu Deli.
Catatan 1) REVOLUSI SOSIAL: Pembantaian Sultan-Sultan Melayu Sumatera Timur
Pabila Daulat Rakyat meratah Daulat Tuanku
Dimana terpenggal kepala para Tengku
Teburai darah dari jasad yang kaku
Hampir ranap dari dunia Melayu ku
Revolusi sosial ini bermula pada 3Maret/Mach 1946 malam di Brastagi, dengan PKI, Pesindo dan PNI yang mayoritas orang Jawa menangkap 17 Raja Urung dan Sibayak serta mengasingkan mereka ke Aceh Tengah. Raja Panai serta keluarganya juga ditangkap dan dijarah hartanya, Bangsawan serta Datok Tumenggung di Penggal Kepalanya. Raja Raya dibunuh, disembelih di jembatan besar. Raja Purba dan Raja Silimakuta dilindungi TKR(Tentara Keamanan Rakyat), tapi rumah dan ahli keluarganya tak lepas dari hajaran PKI dan Pesindo, semua di bunuh, ada yang di bakar hidup-hidup dan ada yang di Penggal kepalanya .
Begitu juga nasib Kesultanan Melayu Asahan. Semua ahli keluarga dan harta benda Kesultanan Melayu Asahan dibunuh, dipenggal dan ditikam di luar istana. Sultan Asahan berjaya selamat, beliau berlindung pada sebuah pos tentara Jepang/Jepun. Ahli laskar Persatoean Perdjoeangan (PP), yang ditubuhkan oleh Tan Malaka, dan Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) menyerang istana Sultan Melayu Deli, Istana di tembak, tapi Sultan berjaya selamat. Mereka mengambil alih ladang minyak dan kebun karet/getah.Tapi Inggris melancarkan serangan dan memporak porandakan pendukung republik.
Lima kedatukan Melayu Labuan Batu juga diserang. Sultan Kualuh hilang, mungkin beliau di seksa dan di bunuh lepas tu jasadnya dibuang ke sungai. Tengku Hasnan, Tengku Long, serta seluruh keluarganya dipenggal kepalanya.
Istana Sultan Melayu Deli dilindungi oleh pasukan Inggris, sehingga banyak ahli keluarga sultan selamat, tapi Bangsawan, datuk, wan dan warga Melayu Deli di luar istana Banyak di Bunuh. Sultan Melayu Serdang dan Kerapatan Istana lain hanya ditahan di istananya di Perbaungan dalam keadaan baik. Karena Sultan Serdang dipandang lebih berpihak pada Republik sejak awalnya, sehingga banyak orang yang melindungi dan menjaga Istananya.
Sementara itu, Sultan Melayu Langkat tidak meminta perlindungan Sekutu maupun Jepang/Jepun karena ada jaminan dari dr. M.Amir Syarifuddin, Wakil Gubernur Sumatera Utara. tapi, ternyata pasukan Pesindo menangkapi 21 orang ahli istana, termasuk Tengku Amir Hamzah, Pahlawan dan Pujangga Negara. Istana Sultan Langkat baik yang di Tanjung Pura maupun yang di kota Binjai diserbu dan dirompak, Bangsawan-bangsawan Langkat ditangkap dan sebagian besar dibunuh dengan kejam termasuk pujangga besar Tengku Amir Hamzah, puteri-puteri Sultan Langkat diperkosa, dirogol dan yang lebih memilukan lagi perkosaan/perogolan di depan mata ayahanda , sang Sultan Langkat, dan putra mahkota yang masih belia hilang tak tau rimbanya hingga kini, ini dilakukan oleh Marwan dan kawan-kawannya, mereka dari PKI. hampir seluruh Tengku, Datuk,Wan dan semua ahli Istana mati di bunuh.. Kesultanan Melayu Langkat yang paling banyak mati di bunuh PKI dan Pesindo.
Catatan 2)
Tengku-tengku di Asahan yang laki-laki semua dibunuh termasuk isteri Tengku Musa dan anaknya. Begitu juga raja raja Simalungun, Mandailing dan Tanah Karo. Bahkan yang lebih ganas lagi pembantaian di Simalungun. Pembunuhan terhadap kaum bangsawan terjadi secara massal, ada juga yang di benamkan di Laut, kepalanya dipotong, di kubur hidup-hidup dan berbagai pembunuhan sadis lainnya, di lakukan oleh massa dari PKI. Bahkan ada juga kaum melayu bukan bangsawan mati dibantai. yang paling mengerikan pembantaian Raja-raja Simalungun Oleh Barisan Harimau Liar (BHL).
Raja Muda Tanoh Jawa Tuan Omsah Sinaga dan saudaranya raja Tanoh Jawa Tuan Kaliamsyah Sinaga selamat dari penculikan BHL (Barisan Harimau Liar) dan mereka tinggal di Pematangsiantar. Tetapi saudaranya Tuan Dolog Panribuan Tuan Mintahain Sinaga dan puteranya rajamuda Tuan Hormajawa Sinaga (ayah Mayor Jatiman Sinaga) tewas dibunuh BHL beberapa bulan kemudian, yaitu 16 Agustus 1946. Menurut Killian Lumbantobing, mayatnya dicincang dan dicampur dengan daging kerbau serta disuguhkan untuk santapan pasukan BHL. Menurut Tuan Gindo Hilton Sinaga masih banyak korban revolusi sosial di Tanoh Jawa yang masih belum terungkap.
Catatan 3)
Tidak berapa lama setelah pergantian Kapten Tengku Nurdin, penggantinya yang baru di Batalion III , menangkap semua kaum bangsawan Melayu di beberapa daerah termasuk perempuan dan anak-anak ditangkap dan dibawa ke perkampungan (Concentration camp) di Simalungun dan Tanah Karo.
Kaum non-pribumi pun tak lepas dari pembantaian, China dan India banyak menjadi korban keganasan Revolusi Sosial. Kaum bangsawan dinista dan dicacimaki sebagai orang bodoh dan pemalas serta berada di dalam kemiskinan dan tidak mendapat bantuan Negara dan di negerinya sendiri.
Dua generasi orang Melayu hampir kehilangan identitas mereka. Mereka takut mengaku Melayu, takut memakai baju teluk belanga dan menambah gelar marga Batak di depan namanya supaya boleh masuk sekolah atau diterima di kantor pemerintahan. Mereka menghilangkan gelar Tengku, Wan, OK dan Datuk karena takut dicaci sebagai feodal, bahkan kaum Melayu yang bukan bangsawan tetapi bekerja dengan para Sultan dan Tengku pun tak luput. Banyak dari mereka pergi hijrah ke Semenanjung Malaya, terutama di Kedah dan Perak karena masih erat hubungan kekerabatan. sebagian pergi ke Belanda.
Amir Syarifuddin langsung dikirim ke Medan untuk secepatnya mempelajari laporan dan mengatasi keadaan mendesak agar tidak menimbulkan citra buruk terhadap eksistensi Indonesia secara nasional. Pimpinan TKR, Ahmad Tahir, mengambil alih pemerintahan untuk mengatasi suasana. Namun, ratusan “Tengku” telah terlanjur tinggal nama di Sumatera Timur, mati terpenggal dan hangus terbakar.
Catatan 4)
Revolusi sosial menghasilkan begitu banyak pembunuhan, pembantaian, dan kekacauan. Seorang menteri dari kalangan republikan yang tak punya portofolio dan wakil gubernur Sumatera, yang berasal dari luar Sumatera, justru bertindak sebagai promotor. Selama terjadinya revolusi sosial, ratusan orang-orang penting dan intelektual Sumatra Timur dibantai dengan cara mengerikan. Kekacauan dan penjarahan meledak. Ratusan pribumi ditangkap dan dijebloskan di kamp-kamp, betapapun selama lebih dari satu tahun penyelidikan yuridis telah membuktikan bahwa mereka tidak bersalah. Sebuah dokumen Belanda memperkirakan bahwa revolusi sosial ’46 ini menelan korban pembunuhan sebanyak 1200 orang di Asahan. Belum lagi terhitung di daerah lainnya.
Pribumi mulai menyaksikan banyak penduduk hidup dalam kemiskinan dan menderita kelaparan justru di wilayah yang begitu kaya. Itulah mengapa orang Sumatera Timur, sesuai dengan prinsip dan kesadaran, sebagaimana yang ditetapkan dalam perjanjian Linggarjati, menginginkan kemerdekaan.
Kondisi kaum masyarakat Melayu,Karo dan Simalungun yang mengenaskan, kecemasan orang-orang China dan India, serta orang-orang Indonesia yang kelaparan dan merasa kecewa akibat Republik, sentimen negatif kepada orang Jawa, Ambon, Aceh dan Batak Toba mulai banyak terlihat. Mulailah mereka membenci kaum pendatang atau disebut orang luar, dan dimulailah pembentukan Negara Tandingan, Negara yang lepas dari Jawa dan Batak (Tapanuli) , terbentuklah Negara Sumatera Timur.
Catatan 5)
Kontroversi : kalau kita baca di buku buku sejarah maupun wikipedia, tentunya kita baca kalau penyebab revolusi sosial di akibatkan oleh Meletusnya revolusi sosial di Sumatera Utara tidak terlepas dari sikap sultan-sultan, raja-raja dan kaum feodal pada umumnya, yang tidak begitu antusias terhadap kemerdekaan Indonesia. Betul kah ?? mungkin ada betulnya, karna siapa sih yang gak mau kekuasaan ?? tapi ada juga tidak betulnya... kalau di tanya kepada masyarakat Melayu di pesisir timur Sumatera Utara, mereka menjawab ;
“Tiadalah sultan berbuat silap, daulat sultan mempertahankan kedaulatan Melayu , dan itu memanglah lah tugasnya, begitu juga raja-raja (Sumatera Timur) lainnya, tapi tak semua kaum yang berakyat di negerinya adalah rakyatnya, adakah daulat Melayu tampak sekarang ??”
Allahu a’lam..
Catatan 6)
Sultan Sya'ibun Abdul Jalil Rahmat Syah bin Muhammad Husin II. Beliau satu satunya Keturunan Sultan Asahan yang selamat dari Revolusi Sosial, Sultan Su'ibun selamat dan menyerahkan diri kepada Pemerintah Republik Indonesia di Pematang Siantar. Beliau mangkat 17 April 1980 di Medan dan dimakamkan di kompleks Masjid Raya Tanjung Balai.
Catatan 7)
Tengku Besar Mansyur Syah. Beliau adalah Tengku Besar Negeri Kualuh yang meninggal di pembantaian Revolusi Sosial. kepalanya terpisah dari badannya.
Catatan 8)
Pangeran Tengku Kamil, Ahli Keluarga Kesultanan Langkat. Beliau wafat setelah di tebas parang kepalanya
Catatan 9)
Tengku Pangeran Indera Putera Amir Hamzah, atau lebih dikenali sebagai Tengku Amir Hamzah Pahlawan Negara, beliau wafat setelah di Penggal di Kuala Begumit.
beliau tak lari saat ingin dibunuh, beliau berkata dengan kata yang sangat terkenal
“Lari dari Binjai patik pantang. Patik adalah keturunan Panglima, kalah di gelanggang sudah biasa. Dari dahulu patik merasa tiada bersalah kepada siapa. Jadi salah besar dan tidak handalan, kalau patik melarikan diri ke kamp NICA di Medan. Sejak Sumpah Pemuda, patik ingin merdeka.”
beliau di penggal oleh Guru silatnya sendiri...
KESIMPULAN:
Ceritanya sama macam zaman sekarang =
Raja-Raja kita kaya raya sebab business yang berusia ratusan tahun.. tapi ada keturunan pendatang tanah besar yang iri hati.. dikatakan wang mereka hasil dari pemerasan cukai-cukai rakyat.. jadinya.... diwar-warkan Raja-Raja ini pengkhianat rakyat... disuruh dan diapi-api kan supaya rakyat melalui balaci-balacinya dari kaum sebangsa kita untuk memberontak di jalan-jalan dan berdemonstrasi untuk menjadikan negara ini republik... yang pada mereka nyata lebih 'adil'.