Tuesday, May 12, 2015

Asal Usul Minangkabau




Minangkabau atau yang biasa disingkat Minang adalah kelompok etnik Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Wilayah kebudayaannya meliputi Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bahagian utara Bengkulu, bahagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia. Dalam percakapan awam, orang Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, merujuk kepada nama ibu kota provinsi Sumatera Barat yaitu kota Padang. Namun, masyarakat ini biasanya akan menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak, yang bermaksud sama dengan orang Minang itu sendiri.





Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama itu dikaitkan dengan suatu legenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo (babad, hikayat).

Dari tambo tersebut, konon pada suatu masa ada satu kerajaan asing yang datang dari laut akan melakukan penaklukan. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau. Pasukan asing tersebut menyetujui dan menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif, sedangkan masyarakat setempat menyediakan seekor anak kerbau yang lapar. Dalam pertempuran, anak kerbau yang lapar itu menyangka kerbau besar tersebut adalah induknya. Maka anak kerbau itu langsung berlari mencari susu dan menanduk hingga mencabik-cabik perut kerbau besar tersebut.

Kemenangan itu menginspirasikan masyarakat setempat memakai nama Minangkabau, yang berasal dari ucapan “Manang kabau” (artinya menang kerbau).

Yang jelas bangunan rumah adat Minangkabau mencirikan tanduk kerbau dan hewan ini banyak dipelihara untuk dipelihara dan untuk korban upacara adat. Akan tetapi suku bangsa ini lebih suka menyebut daerah mereka Ranah Minang (Tanah Minang ) bukan Ranah Kabau ( Tanah Kerbau ).





Kisah tambo ini juga dijumpai dalam Hikayat Raja-raja Pasai dan juga menyebutkan bahwa kemenangan itu menjadikan negeri yang sebelumnya bernama Periaman menggunakan nama tersebut. Selanjutnya penggunaan nama Minangkabau juga digunakan untuk menyebut sebuah negeri, yaitu Negeri Minangkabau, yang terletak di kecamatan Sungayang, kabupaten Tanah Datar, provinsi Sumatera Barat.

Dari tambo yang diterima secara turun temurun, menceritakan bahwa nenek moyang mereka berasal dari keturunan Iskandar Zulkarnain. Walau tambo tersebut tidak tersusun secara sistematis dan lebih kepada legenda berbanding fakta serta cendrung kepada sebuah karya sastra yang sudah menjadi milik masyarakat banyak. Namun demikian kisah tambo ini sedikit banyaknya dapat dibandingkan dengan Sulalatus Salatin yang juga menceritakan bagaimana masyarakat Minangkabau mengutus wakilnya untuk meminta Sang Sapurba (tokoh mitos di Bumi Melayu) salah seorang keturunan Iskandar Zulkarnain tersebut untuk menjadi raja mereka.

3 comments:

maae said...

Aku baca sejarah Indonesia, awal nya Raja-Raja rujuk sasilah Raja Melayu) itu berkelompok (berkuasa) di daerah-daerah muara sungai, jarak terdekat Malaysia (Sempadan Selat Melaka). Cerita Kepahlawanan, Kesultanan dan Raja Melayu lama banyak merungkai misteri Melayu (kini terlau jarang di siar di tv) malah terselit fahaman lain kerana pengarah dan produser filem itu bukan di kalangan Melayu. Nusantara itu sendiri milik Melayu (Melayo)

Zaman Belanda, ramai juga ahli-ahli agama(ulama Malaysia) turun ke Tanah Seberang membantu melawan penjajah, malah terdapat kubur mereka di sana terbiar atau di keramatkan seperti nya mereka jadikan tempat persugian. Perkara ini tidak di dendangkan. Kg. Melayu di Jakarta, seperti lain di belah lebuhraya tol, dan masih di daifkan. Malah nama-nama Melayu dan B.Melayu serta terma jawatan istana sinonim Melayu kita di Malaysia. Apa lagi kiasan-kiasan bahasa itu sendiri. Wali tujuh mereka, menuju dan datang dari Mekah, mungkin sahaja mengikut laluan sutera di mana perdagangan laut sejajar kepesatan "bater trade". Mungkinkah satu masa dulu, Malaysia dan Indonesia itu satu dataran ?

Kenapa kendiri Melayu itu hampir di lupuskan di Indonesia ? Kerana republik atau kerana pancasila ? Atau kerana zaman Sukarno merubah hala ? Melayu itu sering berdengki khianat dan suka berpecah belah. Maka sinonim nya juga, meminta bantuan ghaib untuk kekuatan dan penguasaan wujud dari kisah Nabi Sulaiman. Suka menjadi tali barut penjajah, jalan pintas kedudukan, kekayaan. Cuma ada yang benar dan ada ekstrim (hitam-tiada pegangan akidah dan keimanan). Kini di Malaysia amalan tahyul memuja keramat sudah kian lenyap. Indonesia masih wujud dan di amalkan. Kepada warga mereka yang fasih isihati Islam, gerakan ini sedang membendung kemusyrikan / syirik yang sudah berleluasa ratusan tahun, di burukkan lagi oleh liberalime dan sekularime pasca Indonesia merdeka.

Maka pertarungan orang asing di tanah minangkabau itu ialah dengan Jawa. Jawa itu memang memegang agama adat budaya Hindu sebelum Islam meluas ke sana. Orang minang sudah Islam. Demi mengelak pertumpahan darah(cara koloborasi minang) maka menggantikan darah manusia, ia di pindahkan kepada pertarungan kerbau. Jawa bersetuju dan seperti jawa juga kerbau mereka besar bertanduk panjang. Kerbau minang kecil, bertanduk pendek. Maka persetujuan tercapai, kerbau minang di pasang tanduk tiruan saiz sama kerbau jawa. Apa terjadi sudah tentu, saiz kecil mudah sahaja merodok perut kerbau besar.

Maka minang itu "menang" pertarungan kerbau mengganti darah dan nyawa dua-dua pihak. Tanduk kerbau itu lah lambang dominasi minang sehingga sekarang.

(Versi lain nya)

Anonymous said...

sejarah lintang pukang, copy paste

Anonymous said...

Tak Betul Ni..Itu Cerita Belanda aje pasal menang kerbau tu

EKSPEDISI MAHKOTA Mudik Sungai Pahang 2024